Isim Marfu', Manshub, dan Majrur



A.      Isim Marfu'
Isim marfu' yaitu salah satu cabang dari isim mu'rob (tidak tetap) yang harus rofa'/ dirofa'kan. Tanda-tanda isim marfu' antara lain sebagai berikut :
v  Dommah/ Dommah tain ( )
Tanda ini digunakan untuk mufrad, jama' muannats salim, dan jama' taksir.
Contoh : أَقْلاَمٌ   ( jama' taksir ), مُسْلِماَتٌ ( jama' muannats salim), كِتاَبٌ ( mufrad )
v  Alif ( آ )
Tanda ini digunakan untuk mutsanna/ 2 benda.
Contoh : كِتاَباَنِ ( mutsanna )
v  Waw ( و )
Tanda ini digunakan untuk Asmaul khomsahdan jama' muzakkar salim.
Contoh : أَبوكَ ( Asmaul khomsah ), مُسلِموْنَ ( jama' muzakkar salim )
Adapun posisi-posisi isim marfu' ada 6 yaitu :
1.      Mubtada'
Mubtada' yaitu isim marfu' yang terletak diawal kalimat (subjek). Mubtada' umumnya ma'rifah ( ال ).
Contoh : البَيتُ كَبيرٌ ( rumah itu besar )
Mubtada' bisa naqirah jika berada dalam bentuk :
a.    Mudhaf mudhafun ilaihi ( contoh: مِفٍتحُ الجَوَّلةِ )
b.    Sifat wal mansuf ( contoh : كِتاَبٌ جَدِيدٌ )
c.    Didahului oleh isim istifham ( contoh : هَل رَجُلٌ فِيكُم ؟)
d.    Penafi/ peniadaan ( contoh : ماَ صاَلحٌ كَسْلاَنٌ )
2.      Khabar
Isim marfu' yang berada setelah mubtada' ( keterangan ).khabar umumnya naqirah.
Contoh : الكِتاَبُ كبيْرٌ ( buku itu besar )
Khabar bisa ma'rifah jika untuk menegaskan mubtada', contoh : ذالك اليَوْمُ الحَقُّ
3.      Isim kana
Isim Kana adalah setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kana atau salah satu saudaranya. Isim Kana selalu marfu’.
Contoh:
  )  كاَنَ زَيدٌ قائِماًZaid berdiri )
4.      Khabar inna
Khabar Inna adalah setiap khabar mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau salah satu saudaranya. Khabar inna selalu marfu’.
 Contoh :
إِنَّ زَيداً قائِمٌ  ( sesungguhnya zaid telah berdiri )
5.      Fa'il
Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan pihak yang melakukan fi’il atau menyandang sifat fi’il.
Contoh:
قاَمَ الرَّحُلُ ( fi'il marfu' dengan dhommah )
6.      Naibul fa'il
Naibul Fail adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul dan menempati posisi fa’il yang telah dihapus. Dihapusnya fa’il bias karena fa’il sudah maklum diketahui atau karena belum diketahui atau karena takut kepada fa’il atau karena mengkhawatirkan fa’il.
Contoh:
قُرِأَ الكِتاَبَ ( buku itu dibaca )
7.      Tabi'
Isim juga menjadi marfu’ apabila tabi’ (mengikuti) isim yang marfu’. Tawabi’ adalah kata-kata yang mengikuti kata sebelumnya dalam hal i’rab, sehingga bisa jadi marfu’, manshub atau majrur tergantung kata yang sebelumnya. Tawabi’ ada empat, yaitu: Na’at, ‘Athaf, Taukid dan Badal.
a.    Na'at
Na’at adalah tabi’ yang menunjukkan sifat bagi isim sebelumnya. Contoh:
جاَءَ الرَّجُلُ فاَضِلُ (فاَضِلُ merupakan na'at bagi الرَّجُل marfu' karena mengikuti )
b.    Athaf
‘Athaf adalah tabi’ yang antara dia dan matbu’nya diperantarai dengan salah satu huruf ‘athaf.
Contoh: نَجَحتْ سُعاَدُ وأُخْتُهاَ (Kata  أخْتُmarfu’ karena di’athafkan kepada kata سُعاَدُ yang berkedudukan sebagai fa’il yang marfu’)
c.    Taukid
Taukid adalah tabi’ yang disebutkan dalam kalimat untuk menolak sangkaan dari pendengar atas makna lain yang mungkin terkandung dalam kalimat tersebut.
Contoh : حَضَرَ القاَئِدُ نفْسُهُ (نفْسُه  Taukid bagiالقاَئِدُ  , marfu’ karena mengikuti isim marfu’)
d.   Badal
Badal adalah tabi’ yang menunjukkan kepada diri matbu’ (yang diikuti) itu sendiri atau sebagiannya.
Contoh :  كَرَّمَ الخَليفةُ هاروْنُ الرَّشيدُ العُلماءَ(هاروْنُ الرَّشيدُ  Badal bagi khalifah , marfu’ karena badal bagi isim marfu’).
B.      Isim Manshub
Isim mansub  yaitu salah satu cabang dari isim mu'rob (tidak tetap) yang harus mansub. Tanda-tanda isim mansub antara lain sebagai berikut :
v  Fathah
Tanda ini digunakan  pada isim mufrad dan jama’ taksir.
Contoh : قاَدَ السَّاءِقُ السَّياَرَةَ (Mufrad) شَرَحَ المُدَرِّسُ النُّصُوصَ  (jama' taksir)
v  Ya' ( ي )
Tanda ini digunakan untuk mutsanna dan jama' muzakkar salim.
Contoh : قاَبَلتُ المُدَرِّسَينِ  ( mutsanna ) كاَنَ الَّعِبُوْنَ مُتَنَافِسِينَ ( jama' muzakkar salim)
v  Kasrah ( )
Tanda ini digunakan untuk jama' muannas salim.
Contoh : رَأَيتُ المُمَرِّضاتِ ( jama' muannats salim )
v  Alif ( أ )
Tanda ini digunakan untuk Asmaul khamsa.
Contoh : شَاهَدْتُ أخاكَ ( Asmaul khamsa )
Adapun posisi-posisi isim mansub ada 11 yaitu :

1.      Khobar Kaana (خبر كان)
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya. Misal : كان الكتابُ جديدًا ( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru. Kata جديدًا (= baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar kaana”.
2.      Isim Inna (اسم إن)
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya. Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru. Kata الكتابَ (= buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna”
3.      Maf’ul Bih (المفعول به)
Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu perbuatan. Dengan kata lain, maf’ul bih = objek. Misal : قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat. Kata رسالةً (= surat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi surat itu sebagai objek (maf’ul bih).
4.      Maf’ul Muthlaq ( المفعول المطلق)
        Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya. Misal : حفظتُ الدرسَ حـِفظاً (hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal pelajaran. Kata حـِفظاً (penghafalan) merupakan maf’ul muthlaq, karena merupakan isim masdar yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar menghafal”
5.      Maf’ul Li ajlih ( المفعول لأجله)
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan (merupakan jawaban dari “mengapa” perbuatan itu terjadi) Misal : حَضَرَ عليُّ إكراماً لِمحمدٍ (hadhoro ‘Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir karena memuliakan Muhammad. Kata إكراماً (penghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir, yaitu karena memuliakan ( إكراماً) Muhammad.
6.      Maf’ul Ma’ah ( المفعول معه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk menunjukkan kebersamaan. Misal : استيقظتُ و تغريدَ الطيور (istaiqozhtu wa tagriida at-Thuyuuri) = Saya bangun bersamaan dengan kicauan burung-burung. Kata تغريدَ (=kicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf wawu ma’iyah, yang bermakna kebersamaan.
7.      Maf’ul Fih ( المفعول فيه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “kapan” atau “dimana” perbuatan tersebut terjadi). Misal : سافرتْ الطائرةُ ليلا (saafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara di malam hari. Kata ليلا (= malam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman (waktu).
8.      Haal (الحال)
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana” terjadinya perbuatan tersebut). Misal : جاء الولد باكيا (jaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan menangis. Kata باكيا (=menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.
9.      Mustatsna (المستثنى)
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian. Misal : حَضَرَ الطلابُ إلا زيداً (hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali Zaid. Kata زيداً (= Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh إلا (=kecuali) yang merupakan alat istitsna.
10.  Munada’ (المنادى)
Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil). Misal : يا رجلا (yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki! . Kata رجلا (= seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh يا (= wahai) yang merupakan salah satu alat nida’.
11.  Tamyiiz (التمييز)
Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat sebelumnya yang rancu. Misal : اشتريتُ عشرين كتابا (Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh buku. Kata كتابا (= buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua puluh”, jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua puluh”.





6 komentar:

INSTAGRAM FEED

@soratemplates